Tag Archives: floating

Si Jempol Pahlawan Pasar Terapung

BAGI warga luar Kalimantan Selatan (Kalsel) tentu tidak banyak yang tahu keberadaan Pasar Terapung, baik di Kuin maupun di Lokbaintan Kabupaten Banjar. Kearifan dan tradisi masyarakat Banjar saat transaksi itu kian terkenal sejak menjadi pembuka acara salah satu televisi swasta nasional. Kemasyhuran tersebut tidak terlepas dari sosok, Hj Ida (62).

Iklan RCTI Oke Versi Pasar Terapung tahun 90an (RCTI)
Iklan RCTI Oke Versi Pasar Terapung tahun 90an (RCTI)

Perempuan yang kini berusia lebih separo abad ini tinggal di Kelurahan Alalak Selatan Kecamatan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin. Dia merupakan ‘pahlawan’ kemasyhuran Pasar Terapung. Dia menjadi tokoh utama iklan televisi swasta nasional yang memeragakan angkat jempol dengan lokasi pengambilan gambarnya di Pasar Terapung di era tahun 90-an. Sejak itulah Pasar Terapung yang menjadi ciri khas warga Banua saat transaksi mulai dikenal orang. Utamanya para wisatawan, baik domestik maupun dari mancanegara.

Setelah destinasi tersebut terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan, seolah peran Hj Ida dalam mengenalkan Pasar Terapung hingga masyhur seperti sekarang ini terlupakan.

Saat ini dia tinggal di sebuah rumah sederhana yang ada di kawasan Alalak Selatan bersama anak dan cucu-cucunya. Penampilannya tidak jauh berbeda saat menjalani syuting puluhan tahun silam, meskipun guratan dan keriput mewarnai wajahnya.

Saat menjalani syuting dia berusia 40-an tahun. Jukung dan kayuh menjadi teman yang paling akrab. Karena sejak usianya belasan tahun dia sudah mulai berjualan di kawasan itu untuk memenuhi keperluan hidup keluarganya. Karena masih usia 18 tahun, dia sudah menikah dengan H Bahrul yang saat ini berusia 83 tahun.
Suaminya merupakan pengusaha kayu. Dia mendapat kayu di Barito, kemudian jual di Banjarmasin. Dari usaha inilah mereka bisa berangkat haji.  Kebanyakan orang mengira, gelar haji Nenek Ida didapatkan setelah ia menjadi artis iklan di RCTI. Padahal ungkapnya, gelar hajinya itu didapat sebelum tahun 1994.

Awalnya, Hj Ida kaget kenapa ia dipilih memerankan iklan legendaris itu. Mungkin menurutnya, sebelumnya tim kreatif sudah melihat kebiasaan pagi-pagi dia mengayuh kelotok dengan membawa dagangan untuk dijual di Pasar Terapung Kuin.  “Meangkat jempol itu sampai belasan kali. Kalau tidak salah sampai 15 kali. Itu saja mau diulang lagi. Ku bilang sudah muyak ampih (bosan, red),” pungkasnya.
Hasil dari syuting itu, ia mendapatkan honor Rp 40 ribu. Jumlah tersebut termasuk lumayan untuk ukuran masa itu. Ia pun langsung membeli satu sarung dan sejadah untuk kenang-kenangan hasil dari jadi “artis” tersebut.

Dirinya pun bangga wajahnya sering menghiasi layar kaca televisi hingga 2002. Setelah kenangan manis itu berlalu, namanya kembali muncul ketika kegiatannya sehari-hari setelah menjadi ‘artis’ itu disorot media masa.  Akhirnya, Hj Ida diundang ke Jakarta untuk mendapatkan penghargaan dari salah satu stasiun televisi nasional tersebut sebagai tanda jasa dalam keikutsertaannya mengenalkan budaya masyarakat Banua tersebut. Bahkan penghargaan tersebut dipajang di ruang tamu. Selain mendapatkan penghargaan, dia juga mendapatkan uang tunai Rp 14 juta yang digunakan untuk membelikan sepeda motor anak bungsunya yang sekolah di Kompleks Pendidikan Mulawarman Banjarmasin.

Setelah momen emas itu dia punya banyak kenalan. Bahkan sejumlah artis papan atas, seperti Agnes Monica dan lainnya di Jakarta pernah berfoto dengannya.
Masa-masa keemasan itu pun sempat memudar. Ia kehilangan koneksi seiring dengan vakumnya iklan itu. Dia pun terkenang masa sulit ketika memerlukan bantuan. Termasuk saat menguliahkan anaknya ke perguruan tinggi.

Saat ini, anak yang diperjuangkannya itu menjadi Kepala Bagian Keuangan di sebuah perusahaan Banjarmasin. Memang ungkapnya, delapan anak yang dia lahirkan semuanya cerdas. Terbukti di kelas selalu mendapat rangking I, II dan III.

Hj. Ida Sekarang - 2015 (pesiarcitymag)
Hj. Ida Sekarang – 2015 (pesiarcitymag)

Kini Hj Ida hanya menikmati masa tuanya bersama anak dan cucu-cucunya. Dia sudah ‘pensiun’ jualan di Pasar Terapung Kuin sekitar lima tahun lalu dan memilih jualan di kios yang ada di rumahnya.  Ia berjualan nasi kuning, lontong dan makanan lainnya. Ada pula kue tradisional yang dititipkan untuk dijual. Usaha tersebut untuk mencukupi keperluan sehari-hari. Dia pun mengungkapkan keprihatinannya terkait kondisi Pasar Terapung saat ini yang semakin sepi. Meskipun setiap pagi ada saja warga yang jualan maupun wisatawan yang berkunjung. Namun tidak seramai dulu. (pesiarcitymag)

Kesemrawutan BANJARMASIN / Sungguh Sungguh Terjadi

Tulisan ini sengaja saya buat bukan untuk menghujat Kota Banjarmasin, kota yang saya tinggali saat ini. Ini cuma sebagai bentuk keprihatinan dan kepedulian saya terhadap kota ini. Meski saya pendatang, tapi rasanya risih juga tiap hari menyaksikan (mengalami) ketidaknyamanan serta keanehan dan kesemrawutan lainnya.

1. Jl. Ujung Murung

Ada satu yang aneh diantara banyak keanehan di jalan ini. Banyak saluran air mengarah ke arah jalan raya, sehingga kalo pas hujan, anda harus berhati-hati. Bisa2 anda kena guyur air dari lantai 2 dan lantai3 bangunan di sebelah kanan jalan. Kalo tidak percaya, silakan buktikan dari arah Metro City (yg sudah almarhum), dan setelah belokan ke kanan, silakan tengok ke atas. Saya heran, kok bangunan kayak gitu bisa diijinkan berdiri ya…. dan anehnya hal ini sudah berlangsung lama dan TIDAK ada perubahan dari dulu. Halo dinas terkait, kada wani menagurkah pian ? Maka pian ini yang paling berwenang.

2. Jl. Pangeran Samudera

Dulu lahan parkir di jalan ini seperti tambang emas dan jadi rebutan untuk pengelolaannya. Betapa tidak, tarif parkirnya bisa melonjak, bahkan pada jam sibuk bisa dihitung perjam. Lucunya bisa lebih mahal dari parkir yang dikelola Sun Parking atau yang sejenisnya. Sekitar setahun yang lalu dishub memberlakukan larangan parkir pada waktu tertentu (06.00 – 16.00 Wita) di aera ini. Salah satu korbannya adalah sebuah mini market di jalan ini. Karena tidak boleh parkir pada siang hari, akhirnya minimarket ini ditinggalkan pembelinya dan sekarang minimarket tsb sudah tutup. Anehnya, sekarang larangan tinggal larangan, jika tidak ada petugas, maka tengok aja, mulai jam 14.00 tempat tersebut sudah kembali dijejali mobil sebagai lahan parkir. Dan anehnya lagi, bagaikan melanggar Rambu-Rambu secara Berjamaah, tidak ada satu pun yang ditilang. Halo Dishub !

3. Simpan 3 Veteran – Kuripan

Semenjak saya datang ke kota ini 5 tahun lalu, jalan yang paling malas saya lalui adalah jalan Veteran. Jalan ini sempit dan pasti macet, terutama pada jam2 sibuk. Jika masih bisa lewat jalan lain, jangan deh berkendara mobil melalui simpang 3 ini. Dijamin macet dan semrawut. Mulai dari arah Kuripan, pas disimpang 3 pasar Kuripan dan hingga simpang sungai bilu, deket toko Andry. Kalo tidak percaya, silakan dinikmati kemacetan tersebut. Meski ada pos polisi di persimpangan tersebut, tapi kadang tidak ada yang piket.

4. Jalan Simpang Ulin

Jalan ini merupakan jalan tembus (tikus) dari A. Yani menuju Veteran atau sebaliknya. Menjadi semakin ramai ketika sebuah pusat perbelanjaan beroperasi di ujung jalan ini. Dan anehnya, jalan sempit ini menjadi primadona bagi pengguna mobil dan kendaraan lainnya untuk menghindari Jalan Kuripan. Ketika semua sudah bertujuan seperti itu, maka macetlah jalan ini, terutama pas di ujung jalan menuju Veteran. Rasanya jalan ini cocok dibuat satu arah alias one way. Tapi…. seharusnya bukan saya yang mikir, silakan bapak-bapak dari dinas terkait karena pian sabarataan lebih pinter.

5. Parkir di Sentra Antasari

Sebuah pasar yang sudah bergabung dengan sebuah pusat perbelanjaan Ramayana dan toko-toko lainnya. Lahan parkir yang bersebelahan dengan terminal angkot. Masuk bayar 2.000, pake tiket. Pada saat anda akan keluar, saat mobil anda mundur mau keluar, maka kalo pas “sial” akan didatangi orang yang berlagak sebagai tukang parkir (bisa preman, bisa tukang ojek, bahkan pernah anak kecil). Jadi kita harus bayar lagi dengan mereka. Pada saat keluar pintu parkir, TIDAK ADA PENGECEKAN lagi oleh petugas parkir, jadi semua orang bisa mengeluarkan mobil dari tempat parkir, gila.. Betapa rawannya akan pencurian pikir saya.

6. Parkir di Pasar Sudimampir.

Lagi-lagi soal parkir. Kali ini di areal ‘Texas’ Pasar Sudimampir. Tadi siang saya masuk areal Sudimampir mengendarai roda 4. Seperti biasa, setelah menyerahkan uang 2.000,- saya dikasih karcis parkir senilai 1.500,-. Tidak ada kata maaf, berelaan lah atau yang lain, petugas langsung ngeloyor pergi tanpa memikirkan keikhlasan uang kembalian. Setelah selesai, saya berniat keluar dari areal pasar. Baru saja memundurkan mobil, saya didatangi seorang petugas parkir. Saya kasih aja karcis parkir sebagai bukti saya mau keluar. Saya ditahannya, bayar 1.000,- katanya. Harus bayar lagikah, hardik saya. Iya pak, bayar 1.000,- kata si tukang parkir lagi. Kalo saya tidak bayar, maka mobil saya tidak akan bisa masuk lagi ke areal parkir Sudimampir, katanya sambil mengancam. Hebat sekali pikir saya, seolah lahan itu sudah milik mereka, bahkan bisa melarang orang masuk. Bukankah ada perda yang mengatur itu semua. Apakah ini karena lemahnya (baca ketidakberanian) Dinas Terkait dalam menangani masalah ini. Premanisme yang masih merajalela di negeri ini…..

Ini baru beberapa keANEHan yang saya lihat, nanti akan saya tambahkan lagi jika saya temukan lagi. Jika ada dari temen2 semua yang peduli dengan Banjarmasin, silakan tuliskan tambahan keanehan yang anda temukan.