All posts by Suharyanto

Segalanya tentang Suharyanto

Modus Penipuan (Kejadian Nyata yang Saya Alami)

Rasanya saya perlu menceritakan pengalaman saya ini ke teman-teman, supaya tidak tertipu dengan makin banyaknya modus penipuan lewat HP dan ATM. Kejadian ini saya alami kemarin (Rabu, 15 Okt 2008), ada yang coba-coba menipu saya lewat transaksi ATM.

Ceritanya gini :

Saya memang memasang iklan menjual paket barang seharga 15 juta, dan saya mencantumkan Nomor HP saya agar orang mudah menghubungi saya dimanapun saya berada.

Hari Selasa (14 Okt 2008) saya mendapat SMS dari nomor 085285687422 yang berbunyi : “Maaf Pak saya SMS karena HP Bapak susah dihubungi, saya sudah melihat barang yang anda jual dan saya (Wisnu) berminat membelinya. Untuk kecocokan harga, silakan Bapak menghubungi Bapak saya di 085230975747
.” Saya yakin nomor tersebut pasti sudah tidak aktif sekarang.”

Karena sibuk, hari itu saya tidak sempat menghubungi nomor yang dimaksud. Baru hari Rabu (16 Okt 2008) saya mencoba menghubungi nomor tersebut, sempat beberapa kali terdengar nada tidak aktif dan baru siang harinya saya bisa menghubungi nomor tersebut, ngakunya namanya Gunawan, tinggal di Batu Licin, Kalsel.

Lewat telepon, Gunawan pura-pura menanyakan harga, dan tanpa menawar sedikitpun dia langsung setuju dengan harga 15 juta dan akan segera mentransfer DP 5 juta hari itu juga. Tanpa curiga saya memberikan nomor Rek Bank Mandiri saya.

Sebentar kemudian dia SMS mengatakan bahwa sudah mentransfer dana 5 jt Via Global Acces Int sehingga nanti waktu mencek di ATM, dia menyuruh saya telpon saat saya sudah di depan ATM. Saya cek di ATM dan ternyata tidak ada dana masuk. Setelah keluar ATM, saya telpon dia dan dia bilang kalau saldo kita di bawah 1 juta, maka transfer tidak bisa masuk. Lalu dia menanyakan rekening saya yang ada saldonya di atas 1 juta, lalu saya kasih nomor rek BCA saya, dia menyanyakan saldonya.

Dari situ saya mulai curiga, masa orang mau transfer kok nanya saldo rekening tujuan, sesuatu yang janggal. Namun saya tetap coba ikuti apa maunya. Beberapa saat kemudian dia SMS mengatakan bahwa dia sudah mentransfer 5 juta rupiah via Global Acces Int. Saya gak kurang akal, saya ngecek saldo BCA saya lewat M-Banking (kebetulan saya sudah registrasi M-Banking). Dan lagi-lagi tidak ada dana masuk, saya bilang saldo di BCA saya lebih dari 1 juta Pak, kenapa gak masuk juga. Dia menjawab, memang tidak bisa di cek lewat M-Banking, karena saya harus mengubah kode acces di ATM, jadi saya disuruh ke ATM.

Malemnya saya mampir ke ATM BCA di LC Jl. A. Yani Km 4,5. Saya katakan saya sudah di dalam ATM. Lalu di menelepon saya dan memandu saya memencet tombol2 sbb :

1. Setelah PIN saya masukkan, saya disuruh memencet TRANSAKSI LAIN, saya masih ikutin.

2. Lalu dia suruh pencet TRANSFER, Lalu REK BANK LAIN, Lalu saya disuruh memasukkan kode bank tujuan.

Dari sini saya sudah yakin kalo dia memang mau menipu saya, mana ada orang mau menerima duit kok malah disuruh memencet tombol TRANSFER.

Tapi memang kata-katanya sangat meyakinkan, mungkin kalo kita gak sadar, dan memang sudah membayangkan meu dapet duit, bisa jadi kita terlena dan ikut apa perintahnya.

3. Ketika saya disuruh pencet kode bank tujuan, saya langsung CANCEL transaksi, maka keluarlah kartu ATM dan selamatlah saya. Saya cek saldo saya masih tetap. Saat itu dia mulai memaksa saya memencet angka nominal yang didahului dengan angka 00.. sehingga seolah-olah bukan angka rupiah. Akhirnya saya teriaki dan saya maki-maki orang itu lewat telepon, rupanya dia masih ngotot bahwa ini bukan penipuan katanya, ini transaksi Global Acces Int. “Saya tuntut Bapak kalo gak mencabut kata-kata Bapak,” katanya. Memang sebelumnya saya sudah maki dia dengan kata-kata SETAN KAU. Saya katakan ke dia, Tipuanmu hanya untuk orang bodoh, kalo cari duit pake jalan HALAL.

Ini kejadian nyata yang saya alami, semoga temen-temen bisa antisipasi supaya jangan mudah percaya dengan orang yang belum kita kenal dijaman sekarang ini. Apalagi untuk bertransaksi. Seandainya saya ikuti perintah-perintah dia selanjutnya, pasti duit saya sudah raib masuk ke rekening dia. Tinggal 2 kali pencet, maka hilanglah dana saya.

Alhamdulillah saya masih dilindungi…

Waspadalah,

Salam,

Har

Hanya 15 % Franchise Indonesia yang Memenuhi Syarat

Rekan, bagi yang berminat membeli franchise, berbisnis franchise atau menginvestasikan uangnya untuk berbisnis pada sektor ini, ada baiknya mencermati tulisan yang saya kutip dari Harian Radar Banjarmasin, 7 Okt 2008 berikut ini.

Pertumbuhan industri waralaba (franchise) diperkirakan akan turun drastis setelah adanya regulasi baru dari Permendag No 31/M-DAG/PER/8/2008. Sebab, jenis usaha yang belum memenuhi kriteria belum bisa di-franchise-kan.

Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), Anang Sukandar mengatakan bahwa Permendag tersebut merupakan turunan dan penjabaran dari Peraturan Pemerintah No. 42 thn 2007 soal Waralaba (Franchise). Kehadirannya sudah lama diharapkan oleh pelaku usaha, namun ternyata ada klausul yang “memberatkan” pengembangan industri waralaba. “Untuk franchise-nya akan mengalami hambatan 3-5% karena peraturan Permendag tadi,” ujarnya beberapa waktu yang lalu.

Dalam Permendag itu ditekankan bahwa setiap jenis BO (Business Opportunity) yang belum memenuhi kriteria waralaba tidak boleh menggunakan nama waralaba atau franchise. BO terganjal oleh kriteria dasar yang disyaratkan PP No 42 dan Permendag No 31 tentang syarat usaha yang harus teruji bisa berjalan dan menguntungkan, memiliki nilai keunikan dan prototipe usaha yang jelas. “Tapi ini positif, nggak apa-apa agar waralaba lebih selektif, sehat dan yang hanya memenuhi kriteria saja,” katanya.

Anang menambahkan bahwa BO atau jenis peluang usaha yang belum memenuhi kriteria waralaba tersebut harus didorong karena bagian dari upaya pembangunan ekonomi khususnya penciptaan lapangan pekerjaan. Yang terpenting, pewaralaba harus tetap memiliki Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) yang berlaku selama 5 tahun dan bisa diperpanjang. “Sehingga hanya waralaba yang benar-benar memenuhi kriteria akan mendapatkan STPW dan berhak mencantumkan usahanya sebagai waralaba (franchise),” lanjutnya.

Pertumbuhan industri waralaba diharapkan bisa mengurangi jumlah pengangguran baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut dia, total penjualan sektor waralaba dalam negeri mencapai lebih dari Rp. 81 triliun pada tahun 2007. Sedangkan dari sisi jumlahnya setidaknya terdapat 950 waralaba. Dari jumlah tersebut 250 merupakan waralaba asing dan 700 waralaba lokal yang mencakup BO. Sayangnya dari 700 itu hanya 15 % yang memenuhi kriteria,” tambahnya.

Tanggapan saya.

Hal ini membuktikan lemahnya peraturan yang mengatur bisnis franchise selama ini. Menurut saya, Permendag No 31 ini sangat baik, khususnya melindungi franchisee yang selama ini mungkin tidak terlalu diperhatikan. Perusahaan yang belum punya outlet, belum terbukti bisa jalan dan menguntungkan, masak sudah bisa di-franchise-kan. Dan karena lemahnya peraturan, akhirnya banyak sekali duplikasi (kalo gak boleh dikatakan SALING MENJIPLAK) antara franchise 1 dengan lainnya.

Tragis juga kalo hanya 15 % dari total franchise di Indonesia yang memenuhi syarat permendag tersebut. Jadi tidak salah tulisan saya sebelumnya (Tips Memilih Franchise), bahwa banyak franchise-franchise-san di Indonesia ini. Tidak layak sebetulnya mereka disebut franchise.

Mudah-mudahan tulisan ini bisa membantu anda dalam memilih-milih bisnis franchise yang akan anda ambil, jangan sampai yang kita pilih justru masuk dalam 85 % yang tidak memenuhi kriteria tersebut.

Silakan berkomentar.

Salam,

Tips Memilih Bisnis Franchise

 

Lewat tulisan ini saya pengin berbagi kepada temen-temen, khususnya bagi temen-temen yang mau memulai bisnis tapi masih bingung untuk menginvestasikannya kemana. Ini saya tulis berdasarkan pengalaman saya menekuni bisnis franchise (menjadi franchisee sebuah merek) dan juga dari beberapa ahli yang kompeten dalam bidang franchise.

Franchise memang bisa menjadi salah satu alternatif pilihan investasi bisnis. Kita tidak perlu susah-susah membangun merek, membuat SOP, membuat resep produk dsb, tapi kita bisa langsung menjalankannya. Tentunya dengan membayar franchise fee dan juga royalti fee setiap bulannya.

 

Gurihnya franchise fee dan royalti memancing banyak perusahaan dan pengusaha untuk mewaralabakan bisnis mereka. Tawaran waralaba pun menyebar bagai virus. Tentu tak semuanya layak dan patut menyelenggarakan waralaba. Ini bukan soal mereka menipu atau tidak. Banyak pemilik usaha waralaba terpaksa tutup buku lantaran salah pilih waralaba atau tak cermat mempersiapkannya. Nah, berikut ini ada beberapa penuntun sebelum memilih dan mengambil keputusan untuk bergabung dengan waralaba tertentu.

~ Jangan minder saat berhadapan dengan franchisor. Karena Anda lah yang punya uang. Biarpun mereka berhak menyeleksi Anda, sesungguhnya mereka juga membutuhkan Anda. Karena itu manfaatkan sesi-sesi wawancara dengan mereka untuk menggali habis kondisi pewaralaba. Mereka boleh menggali informasi seputar kepribadian dan kondisi keuangan investor. Anda pun seharusnya bisa menggali berbagai informasi mendalam tentang perusahaan penyelenggara waralaba.

~ Coba kenali latar belakang perusahaan atau sang pengusaha, bonafiditas, pengalaman, potensi pasar, peta persaingan, serta keunggulan dan keunikan produk atau sistem mereka. Dari serangan balik wawancara itu Anda bisa meraba sikap mereka. Cara dan sikap ketika menjawab pertanyaan bisa Anda jadikan tolok ukur kultur usaha mereka. Semakin mereka terbuka, semakin baik. Semakin mereka misterius dan tertutup, ya semakin buruk. Ingat, kelak Anda mesti saling bertukar informasi dengan mereka. Bayangkan dan perkirakan apakah Anda bisa berkomunikasi secara nyaman dengan mereka kelak? Kalo produk tidak unik, ngapain harus dibeli franchisenya, mending kita bikin sendiri, pake merek sendiri. Komunikasi pada akhirnya akan menjadi sesuatu yang sangat penting.

~ Jangan segan menyelidiki kondisi keuangan pewaralaba. Kinerja mereka di masa lalu bisa menjadi pantulan prospek usaha Anda di masa depan. Pewaralaba yang baik tak akan segan membagi informasi penting ini. Waralaba yang layak pilih adalah perusahaan yang telah menghasilkan untung selama bertahun-tahun, setidaknya lebih dari 3 tahun. Tanyakan pula kinerja cabang atau gerai milik terwaralaba lama. Apakah mereka untung atau malah gulung tikar. Kalau tutup sebabnya apa, begitu pula kalau sukses resepnya apa. Tak ada salahnya kalau Anda mencoba menggali informasi langsung dari terwaralaba lama yang lebih dulu beroperasi.

~ Pilihlah brand waralaba yang sudah dikenal masyarakat. Sebagian brand waralaba luar negeri tak dikenal di sini. Tapi, kalau nama mereka cukup moncer secara internasional, ya layak dipertimbangkan. Jadi jangan segan menyelidiki reputasi mereka lewat internet atau kenalan di luar negeri.

~ Bisnis waralaba bukanlah deposito atau obligasi pemerintah yang berbunga tetap. Karena itu, jangan pertaruhkan seluruh kekayaan Anda pada bisnis yang ingin Anda masuki. Sehebat apa pun waralaba yang hendak Anda ikuti, risiko bisnis tetap ada. Soalnya, ada banyak faktor ekonomi yang tidak berada dalam kendali perusahaan atau pelaku ekonomi mana pun, sehebat apa pun sistem dan keunggulan mereka.

~ Pelajari dan cermati draf kontrak sebaik-baiknya. Jangan terburu-buru menganggukkan kepala dan berjabat tangan tanda sepakat. Ingat, semua kewajiban dan hak Anda tercatat dalam dokumen kontrak. Jadi, jangan sampai kontrak itu hanya merugikan Anda.

Saya tambahkan informasinya, saat ini sebagian franchise di Indonesia boleh saya katakan cuma “franchise-franchisan” yang notabene cuma bikin produk, merek, jual, lalu nagih royalti setiap bulan ke franchisee. Ini yang sering jadi awal permusuhan antara franchisor dan franchisee, saling akal-akalan karena merasa haknya tidak terpenuhi. Sebenernya mereka ini tidak layak disebut perusahaan franchise. Mungkin karena UU yang mengatur belum sempurna sehingga hal ini masih belum bisa diantisipasi.

Contoh, setiap bulan franchisee wajib membayar royalti ke franchisor. Biasanya franchisor bilang itu akan dikembalikan dalam bentuk promosi, biaya konsultasi dsb, tapi kenyataannya tidak ada sama sekali. Itu yang biasanya merupakan cikal bakal konflik.
Franchisor juga harus peduli ke franchisee yang sedang dalam masalah, misalnya omset turun, harusnya segera direspon dan didukung dengan promosi sehingga omset bisa kembali normal. Yang terjadi sekarang, kalo omset bagus, franchisor menggebu-gebu ngejar royalti ke franchisee, tapi giliran omset sepi tidak peduli sama sekali. Bahkan dibantu promosi pun tidak.

Yang terjadi sekarang adalah, franchisor memang gencar memasang iklan, tapi bukan iklan untuk ramai-ramai datang ke outlet, membeli produk, melainkan iklan untuk membeli paket usahanya. Jadi sama juga bohong. Lihatlah beberapa franchise yang bonafide, KFC, McD, CFC, Primagama, mereka gencar berpromosi agar orang makan di KFC, McD atau CFC, agar anak sekolah mendaftar ke primagama dsb. Bukan berpromosi agar orang membeli franchise KFC, Mcd atau CFC.

Kongkretnya, kalau mereka menunjukkan iklan di Majalah Duit, Peluang Usaha dsb, sama juga bohong. Karena yang membaca majalah di atas adalah kalangan terbatas yang mau membuka usaha, atau pelaku bisnis lainnya, bukan promosi seperti itu yang dimaksud. Yang dimaksud promosi disini harusnya mereka pasang iklan di Harian Kompas atau Harian Lokal, atau majalah umum lainnya. Atau bahkan beriklan di TV kalau perlu. Itu baru namanya PROMOSI.

Memang tidak ada garansi sukses dalam semua bisnis, termasuk bisnis franchise, semua ada resikonya. Tapi bagaimana kita meminimalkan resiko, itu yang penting. Jadi jangan gegabah membeli franchise, kenali dulu, dari pada uang yang anda investasikan hilang sia-sia. Sayang kan ?….

Pro Kontra RUU Keistimewaan DIY

Saya terus terang saja bukan pengamat politik, dan cenderung apatis dengan apa yang terjadi dengan politik tanah air ini. Carut marut, KORUPSI yang merajalela, rebutan kekuasaan, saling jegal membuat saya muak dengan semua itu. Tapi ketika bicara masalah Ngayogyakarto Hadiningrat, tanah kelahiran saya, tanah tumpah darah, saat ini sedang bergejolak, gonjang-ganjing dengan isu RUUK, maka saya sebagai warga Jogja (meski numpang hidup diperantauan) juga turut prihatin dan sangat-sangat berharap agar masalah ini segera terselesaikan. Jogja yang damai, Jogja yang indah jangan dikotori dengan intrik-intrik politik.

Ngarso Dalem yang saya banggakan, saya turut berdoa semoga masalah ini segera terselesaikan. Masyarakat bawah akan bingung jika masalah ini berlarut-larut, rawan terjadi konflik di tingkat grass root, dan itu jangan sampai terjadi. Harusnya pemerintah pusat juga melihat dari sisi historis dan sosial tentang bagaimana DIY ini berkontribusi dalam menuju kemerdekaan.

Ayo Jogjaku…..

Tulisan dibawah saya ambil dari Harian KR tanggal 26 Sept 2008.

Sultan Anggap Pemerintah Pusat Tak Pahami Sejarah; DIY BUkan Monarkhi

26/09/2008 00:29:49 YOGYA (KR) – Raja Kraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X yang juga Gubernur DIY menegaskan, di DIY tidak mengenal istilah monarkhi absolut maupun monarkhi konstitusional. Pemerintahan yang ada di Propinsi DIY selama ini sama dengan yang ada di propinsi lain. Ruang demokrasi pun tetap terbuka karena ada DPRD DIY. Karena itu, kalau Pemerintah Pusat menyatakan bahwa di DIY selama ini ada monarkhi absolut dan sudah saatnya mengarah ke monarkhi konstitusional, itu berarti tidak memahami sejarah. Sebab di DIY tidak ada monarkhi absolut maupun konstitusional.
Penegasan Sultan HB X itu disampaikan ketika ditanya wartawan di Kepatihan Yogyakarta, Kamis (25/9), terkait ucapan Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng yang menyatakan DIY akan meninggalkan monarkhi absolut dan mengarah ke monarkhi konstitusional.
”Sistem pemerintahan di DIY bukan monarkhi absolut atau monarkhi konstitusional, lha wong saya saja ditetapkan sebagai Gubernur oleh DPRD DIY selama lima tahun. Ini berarti demokrasi, dan itu bukan monarkhi absolut ataupun monarkhi konstitusional,” tegas Sultan HB X.
Menurut Sultan, sebenarnya permasalahan yang muncul saat ini bukanlah mengenai demokrasi, melainkan tentang pemahaman yang berbeda mengenai keistimewaan DIY antara pihaknya atau masyarakat DIY dengan Pemerintah Pusat.
”Pemerintah cenderung berpandangan sesuai aturan yang ada sekarang, tetapi saya melihat Piagam Kedudukan 19 Agustus 1945 dan Maklumat 5 September 1945. Dalam piagam dan maklumat itu yang namanya Kepala Daerah DIY bersifat melekat. Masalahnya di situ, ada beda cara pandang. Jadi, kalau Piagam Kedudukan dan Maklumat itu sudah menjadi ‘ijab kabul’ dan diakui, berarti ketentuan Pemerintah Pusat yang sekarang bertentangan dengan ‘ijab kabul’ tersebut. Tetapi kalau itu tidak diakui, dan hanya berdasarkan ketentuan yang ada sekarang, berarti tidak mengakui `ijab kabul` dulu itu,” kata Sultan HB X.
Dihubungi terpisah, kerabat Kraton Yogyakarta KRT Purbokusumo menilai jika Sultan menolak draf RUUK DIY, hal itu tidak bisa dikatakan sebagai penolakan Kraton, namun lebih sebagai sikap pribadi Sultan. Karena itu kerabat pun meminta Sultan untuk bertanggungjawab dan menjelaskan kepada seluruh kerabat.
Maka KRT Purbokusumo pun tak setuju dengan rencana yang akan digelar oleh FRY menyelenggarakan Sidang Rakyat Yogya untuk
kembali mengukuhkan Sultan dan PA sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY. Harusnya acara Sidang Rakyat bisa diubah menjadi acara nanting Sultan dan PA apakah memilih sebagai Pandita atau Ksatria, dengan segala konsekuensinya. ”Jika Sultan memilih sebagai ksatria. harus berani bersama-sama rakyat berjuang ke Jakarta menuntut kepada pemerintah pusat, sebagaimana pernah dilakukan Sultan Agung yang menyerang VOC ke Batavia, jangan hanya selalu berdiam diri dan berlindung pada kalimat terserah rakyat,” tegas KRT Purbokusumo yang akrab dipanggil Acun ini.
Terhadap permasalahan tersebut, Sultan mempersilakan Pemerintah Pusat untuk menanyakannya kepada rakyat Yogyakarta. ”Silakan saja kalau tidak mengakui `ijab kabul` antara Sultan Hamengku Buwono IX dan Presiden Soekarno saat itu, tetapi ya…tanya rakyat Yogyakarta dulu,” kata Sultan mengingatkan.
Melihat sikap Pemerintah Pusat yang tampaknya tidak mengerti dan memahami aspek historis Propinsi DIY, Sultan akan menyampaikan penjelasannya tersebut di Komisi II DPR RI.
Sementara itu, anggota Komisi II DPR RI, Rustam Tamburaka mengemukakan, pihaknya melihat posisi Sultan sangat dihormati di Yogyakarta. Sedangkan dari faktor sejarah, memang jabatan Sultan melekat pada gubernur. Karena itu, pihaknya secara pribadi sependapat jika perpanjangan masa jabatan gubernur dipegang kembali oleh Sultan dan Paku Alam.
Sedangkan mengenai isi dalam Rancangan Undang-Undang Keistimewaan, Komisi II masih membuka kesempatan masukan dari rakyat, termasuk dari Yogyakarta. ”Kita sebetulnya ingin agar apa yang diputuskan oleh dewan, sesuai dengan harapan rakyat. Akan sulit di kemudian hari, jika kemudian Undang-Undang (UU) yang dibuat oleh DPR justru tidak didukung oleh rakyat. Apalagi UU ini terkait dengan pemerintahan, yang sebetulnya membutuhkan dukungan rakyat.
Menyikapi persoalan RUU Keistimewaan Yogyakarta yang kini makin berkembang dinamis, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Yogyakarta menyampaikan pernyataan sikapnya dalam Sidang Paripurna DPD yang dilangsungkan di Gedung DPR RI Jakarta. Pernyataan itu terkait dengan revisi draf Rancangan Undang-Undang Keistimewaan (RUUK) DIY yang disampaikan ke DPR RI.
”Kami menyampaikan sikap tersebut, sesuai dengan aspirasi yang berkembang di masyarakat Yogyakarta menyikapi RUU Keistimewaan DIY. Tentu saja melalui mekanisme yang ada,” kata H Subardi, anggota DPD, Yogyakarta kepada wartawan usai membacakan pernyataannya di depan Sidang Paripurna DPD yang dilangsungkan di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (25/9).
Lebih lanjut dijelaskannya, mekanisme pengajuan pernyataan sikap di depan Sidang Paripurna DPD itu, untuk ditindak lanjuti di Panitia Ad Hoc (PAH I) guna dilanjutkan dalam pembahasan di Komisi II DPR RI yang diserahi tugas untuk menangani RUUK tersebut.
”Jadi sekarang aspirasi masyarakat Yogyakarta itu, ditangan PAH I untuk digodok dan diajukan ke komisi II,” katanya lagi. Sementara anggota DPD Yogyakarta yang mengawal usulan tersebut di PAH I adalah GKR Hemas.
Persoalannya, kata Subardi yang juga Ketua Pansus RUUK DIY, adalah keputusan PAH I harus berpacu dengan waktu. Lantaran masa berakhirnya jabatan Gubernur DIY 9 Oktober mendatang. Sementara DPD mulai reses 26 September hingga 23 Oktober mendatang. ”Ini memang persoalan tersendiri, tapi saya yakin hal itu bisa dicapai. Biasanya, kita kalau diburu waktu malah bisa selesai,” ujarnya.
Sedangkan mengenai isi dari pernyataan DPD Yogyakarta tersebut, berisi tigal hal. Diantaranya, 1. DPD mohon dengan hormat sidang paripurna DPD RI agar meminta pemerintah segera membuat payung hukum tentang pengisian jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY, mengingat pada 9 Oktober mendatang jabatan Gubernur DIY dan wakilnya, berakhir. 2. Payung hukum tersebut hendaknya mengandung ruh keistimewaan DIY yakni harus menegaskan bahwa Sultan Hamengku Buwono X dan Sri Paduka Paku Alam IX, sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY.
Praktisi hukum dan juga advokat Muhammad Ikbal SH menilai, jika pembuatan draf RUUK DIY yang kini dibahas di Komisi II DPR RI lebih bersifat formal konstitusional. Karena itu jika memang ada pihak yang tidak setuju, hendaknya juga disikapi secara formal konstitusional. Munculnya gerakan rakyat yang menentang, tidak akan menyelesaikan persoalan. Karena itu Ikbal mengimbau kepada para pengacara di DIY bisa bersatu dan menyamakan visi dan sikap, guna menempuh cara-cara yang konstitusional menolak draf RUUK DIY bukan dengan melakukan gerakan rakyat, misalnya dengan bersama-sama melakukan class action kepada pemerintah pusat atau mengajukan Yudisial Review . (San/Fia/Sim/Jon/Fik)-f

Cetak Berita
Kirim ke teman

HOT SPOT, sebuah barang langka di Banjarmasin

Semenjak saya datang ke Banjarmasin 3 tahun lalu, rasanya kota ini tidak banyak perubahannya. Paling yang terlihat nyata adalah adanya sebuah mall yang minimal bisa buat hang out di kala suntuk. Itu pun cuma atu-atunya dengan fasilitas dan pelayanan yang “maaf”, masih sangat jauh dari memuaskan. Tapi ya gimana lagi, adanya cuma itu.

Jalanan masih aja banyak yang rusak, problem truk batu bara juga sampai sekarang tidak ada kemajuan, listrik juga masih sering giliran, dari sejak pertama saya datang ke kota ini, ya itu-itu aja.

Apalagi nyari hotspot, waduh untuk yang 1 ini bagaikan nyari jarum dalam tumpukan jerami kali yee…. Maksudnya yang gratis. Kalo hot spot bayar sih “akeh tunggale”. Kalo pas saya pulang ke Jogja, rasanya saya bisa merasakan kembali ke habitat saya. Hot spot melimpah ruah bahkan sampe muntah-muntah, mau yang sambil minum kopi, duduk dikursi, sampai duduk lesehan, sampe “nglesot”. Bahkan pernah ditulis di KOMPAS beberapa waktu yang lalu, Yogya adalah Republik HOT NGLESOT. Sangking banyaknya area publik dengan fasilitas free hot  spot. Bahkan, untuk kedai Angkringan aja ada yang udah nyediain hot spot, weleh weleh ….. Makan nasi kucing sambil berselancar di dunia maya.. Sesuatu yang mungkin 10 tahun lalu belum terbayangkan. Tapi sekarang menjadi kenyataan.

Saya pernah membayangkan seandainya di Siring Sungai Martapura samping Mesjid Sabilal ada hotspotnya, atau di kawasan Kayu Tangi misalnya…. wah mungkin menghabiskan malam di situ menjadi satu alternatif. Ayo dong pak walikota Banjarmasin, masak kalah sama wali kota Banjarbaru yang udah menyediakan free hotspot di Lap Dr. Murjani. Kalo kaya gini terus, kita yang di Banjarmasin ini makin lama makin kuper. Gimana mau ngejar ketertinggalan dengan temen-temen yang di Jawa.?

Ayo Banjarmasin, Para Petinggi Kota, jangan cuma bisa nampang di Baliho ganal-ganal…. Tapi nyediain hot spot aja kagak bisa. Bikin kerja yang nyata aja pang…

Wahyu Suparno Putro – Dale Collin Smith

Puasa membawanya kepada HIDAYAH ISLAM.

Entah mengapa saya selalu terharu jika membaca kisah-kisah mu’alaf. Seandainya saya terlahir bukan dari keluarga muslim, apakah saya akan menemukan hidayah ?

Kisah ini saya kutip dari Swaramuslim.com, semoga bisa menginspirasi saudara-saudara kita yang lain.

Hidayah datang lewat berbagai cara. Seperti yang dialami oleh komedian bule Wahyu Suparno Putro Dale Collin Smith. Pria berdarah Scotlandia namun berkewarganegaraan Australia ini mengaku memeluk Islam lantaran ingin mengerjakan Salat Tarawih setelah ikut berpuasa Ramadan. Berikut kisahnya.

Tahun 1994 saya bekerja di Jogjakarta. Waktu itu saya dikontrak oleh sebuah penerbangan swasta di Indonesia, di bagian manajemen. Saat itu saya belum berkecimpung di dunia seni peran seperti sekarang ini. Kala itu saya beragama Budha. Dalam ajaran Budha kita diharuskan untuk belajar bertoleransi. Selama di Jogjakarta saya banyak bertemu dengan orang-orang yang beragama Islam. Saya kadang suka ikutan puasa bersama mereka saat Ramadan tiba. Alhamdulillah saya puasa full lho selama Bulan Ramadan itu.

Senang bisa puasa dan berbuka puasa bersama-sama mereka. Hanya saja saya merasa ada sedikit yang kurang dalam melaksanakan semua itu. Karena saya tidak bisa menjalani Salat Maghrib dan Salat Tarawih bersama teman-teman saya itu. Apa yang saya kerjakan terhenti begitu waktu berbuka puasa tiba. Hal itu berlangsung sampai tiga tahun lamanya.

Bangun Subuh
Selain itu, saya juga mengalami kejadian yang terbilang berbeda pula. Setiap hari saya selalu terbangun ketika azan Subuh berkumandang. Itu terjadi setiap hari tanpa terkecuali. Peristiwa itu akhirnya saya tanyakan kepada bapak angkat saya. Kebetulan ketika saya mulai tinggal di Jogja, saya bertemu dengan seorang bapak yang akhirnya saya anggap seperti ayah sendiri. Jadi kalau saya ada apa-apa biasanya bertanya kepadanya.

Waktu itu dia menyarankan saya untuk menanyakan hal itu kepada seorang ustadz yang biasa dipanggil Pak Haji, yang tinggal di belakang rumah saya. Saat itu Pak Haji bilang kalau kita terbiasa bangun subuh tanpa memakai jam beker, berarti malaikat mulai dekat dengan kita. Sehingga kita suka terbangun ketika subuh tiba. Dari situlah saya akhirnya mulai banyak belajar tentang Islam.

Lebih Tenang
imageSaya belajar Al Quran dari Pak Haji. Setelah saya merasa benar-benar mantap, akhirnya saya masuk Islam. Bukan berarti dalam agama Budha saya tidak merasa tenang, tetapi saya merasakan kalau ajaran Budha lebih mirip prinsip hidup daripada agama. Sementara Islam mengajari hubungan vertikal antara hamba dengan Tuhannya. Jadi inilah yang membuat saya merasa cocok dan merasakan adanya ketenangan setelah mempelajari Islam.

Kalau ditanya, kenapa saya beragama Budha bukannya Kristen. Itu mungkin disebabkan karena saya lebih tertarik dengan Budha. Kebetulan kedua orang tua saya tidak beragama. Mereka menyerahkan urusan agama kepada saya, mana yang saya rasa cocok ya silakan dipeluk. Dulu sewaktu saya berumur sekitar sepuluh tahunan, di sekolah saya banyak mendapatkan cerita tentang Gandhi. Beliau pribadi yang penuh kasih. Dan saya memang menyukai pribadi orang yang seperti itu. Saya tipe orang yang tidak bisa menyakiti orang. Saya tidak menyukai peperangan dan memukul orang. Waktu itu saya berpikir misi Budha cocok untuk saya. Makanya saya pilih Budha (Nyambung nggak ya sama Gandhi ? – amanah).

Tapi selama itu saya merasa ada sesuatu yang kurang dalam jiwa saya. Dan sekarang saya sudah dewasa dan jauh lebih matang. Jadi melihat segala sesuatunya tidak serba hitam putih saja. Namun ada sisi yang lain. Saya tidak langsung menurut dan terpengaruh atas apa yang saya baca. Saya melakukan sesuatu aras panggilan jiwa bukan hitam putih lagi.

Masuk Islam
imageSaya masuk Islam sekitar tahun 1999 di Jogjakarta, di sebuah mushola di belakang rumah saya. Sewaktu saya berikrar masuk Islam, saya sempat ditanya mengapa saya masuk Islam. Saya jelaskan kalau itu panggilan jiwa saya. Mereke bertanya seperti itu karena di sana baru saja terjadi suatu peristiwa, di mana terdapat suau kelompok orang yang masuk Islam, tapi belakangan diketahui dia masuk Islam dengan tujuan untuk merusak Islam dari dalam. Mereka bertanya apakah apakah saya termasuk kelompok itu. Ya saya jawab bukan, karena saya juga baru mendengar ada kejadian sepert itu untuk pertama kalinya. Saya katakan saya masuk Islam dari hati nurani. Sewaktu saya membaca shahadat saya terharu sekali, sampai menitikkan air mata. Saya merasa seperti ada yang menyentuh kepala saya.

Saya diberi nama muslim Wahyu oleh ayah angkat saya. Waktu itu saya meminta untuk tidak diberi nama Muhammad, karena hampir semua orang bule yang masuk Islam namanya Muhammad. Saya ingin berbeda. Saya juga mencantumkan nama bapak angkat saya Suparno di belakang nama Wahyu, untuk menghormati beliau.

Kebetulan kedua orang tua saya sudah meninggal dunia semua. Jadi saya sudah menganggap beliau seperti orang tua saya sendiri. Mereka tinggal di Jogjakarta saat ini. Setiap lebaran tiba, saya pasti merayakannya bersama mereka. Kini keinginan saya hanya satu, ingin bisa memberangkatkan haji keduanya. Setelah keduanya bisa berhaji, barulah saya mempersiapkan diri untuk berhaji.

Diambil dari kumpulan kisah mualaf tabloid Nurani, yang diterbitkan ke dalam buku Hidayah Allah untuk Para Pendeta, JP Books, Surabaya, Maret 2007.

Ketika Cinta Bertasbih – The Movie

Saya bukan pengamat film, tapi Saya merupakan salah satu orang yang KECEWA dengan film Ayat-Ayat Cinta, bukan seperti kebanyakan aktivis perempuan yang kecewa karena mengekspose Poligami, melainkan kecewa karena penggambaran setting Mesir yang sangat-sangat jelek menurut saya. Terlepas dari kendala biaya dan perijinan, film itu tak ubahnya seperti TELENOVELA yang beberapa tahun lalu sempat marak di TV kita. Sungguh sayang, cerita yang bagus itu akhirnya cuma menjadi seperti drama televisi yang sangat takut menampilkan setting outdoor.

Kami ini ingin melihat bagaimana penggambaran Universitas Al Azhar, Jalanan di Kairo, Sungai Nil yang indah itu dan tempat-2 yang oleh Kang Abik (penulisnya) digambarkan sangat detil dalam bukunya.

Saya berharap, KCB (Ketika Cinta Bertasbih) tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan AAC. Terlebih nantinya akan melibatkan setting lokasi di Jawa Tengah seputar Kartasura. Buat kami yang paham sekali daerah itu, kami akan sangat “mengganjal” jika penggambaran lokasi itu salah.

Tulisan ini sekedar masukan, supaya semua yang terlibat dalam pembuatan film KCB ini total dalam melakukan pekerjaannya dan bisa menghasilkan karya yang bagus.

Semoga sukses.

Tragedi Zakat Pasuruan

Miris…
Mungkin kata itu yang pantas saya ucapkan melihat pemandangan di TV dan Surat Kabar hari ini. Hampir semua media mengulas kejadian, saya katakan tragedi, ini. Niat baik Keluarga H. Saikhon ternyata berujung pada tewasnya 21 orang. Yang menjadi pikiran saya adalah :
Sebegitu bernilainya uang 30 ribu sehingga belasan ribu bahkan puluhan ribu orang rela berjubel, antri mulai pagi di rumah Pak Haji. Mereka datang bukan hanya dari sekitar Pasuruan, tapi juga dari Jember dan Kediri. Masya Allah…. Memang ditengah himpitan ekonomi, masyarakat sangat antusias terhadap acara-acara amal seperti ini. Tapi kalo sampai mengorbankan nyawa, apakah itu mati syahid, atau mati konyol.? Wallahualam…. Kita tidak tahu apa yang ada dalam diri orang yang meninggal tsb, doa saya semoga saja mereka mati syahid.
Pelajarannya adalah :
Bahwa ternyata masih sangat banyak masyarakat yang hidup miskin di sekitar kita. Lalu pemerintah selama ini ngapain aja ????
Masyarakat kita juga semakin ganas, gampang terpancing emosinya, apalagi kalo sudah berurusan dengan perut. Sedikit saja tersinggung, main bacok, main bunuh, seakan nyawa pemberian Gusti Allah ini tak ada artinya sama sekali. Masyarakat kita yang ramah, tepo seliro rupanya sudah terkikis, diganti dengan hukum rimba, saling sikut, bahkan saling bunuh.
Saya tidak ada maksud apa-apa menulis ini di blog saya. Saya cuma sedih, miris melihat kejadian ini. Semoga ini menjadi tragedi terakhir di negeri ini. Amin.

Fatwa Haram MUI Terbaru

‘Haram Hukumnya Bagi Seorang Laki2 Menikah Dengan Gadis Sekantor..’

MUI Pusat mengeluarkan fatwa baru. Setelah diadakan rapat dan diskusi diantara para pemimpin MUI dan dewan pakarnya, dan juga telah ditimbang berdasarkan ayat-ayat alquran dan hadis nabi yang terpercaya sahihnya, maka MUI mengeluarkan fatwa : ‘HARAM HUKUMNYA BAGI SEORANG LAKI-LAKI UNTUK MENIKAH DENGAN GADIS SEKANTOR’

Fatwa MUI ini telah menimbulkan perdebatan yang sangat sengit antara yang pro dan kontra. Bahkan banyak pihak yang menyatakan bahwa MUI telah gegabah mengambil keputusan tersebut. Untuk mencari tahu alasan MUI mengeluarkan fatwa tersebut, maka wartawan Banjarmasin Post Biro Jakarta mewawancarai sekretaris umum MUI Prof.Dr. Din Syamsudin.

Inilah isi wawancara tersebut:

Wartawan: ‘Pak Din bagaimana MUI bisa mengeluarkan fatwa haram untuk menikahi gadis sekantor?’

Prof. Dr. Din Syamsudin: ‘Emang haram, menikahi satu orang gadis aja berat, apalagi satu kantor, kan itu banyak jumlahnya… please deh…jangan gilllaa boooo

Peluang Usaha Burger & Fried Chicken

Dobbi
Salah Satu Gerai Dobbi

Dobbi Burger & Fried Chicken,

Alternatif Bisnis Tepat Dengan Omset Menakjubkan.

(dicari 9 mitra di wilayah KALSEL & KALTENG)

Sejak awal perkembangannya di tahun 2002 Dobbi langsung mendapat sambutan hangat dari para penikmat fast food, baik dari kalangan keluarga, kelompok remaja dan anak-anak. Sebagai fast food lokal, Dobbi memiliki produk yang cukup beragam dan rasa khas Indonesia. Konsep Dobbi pada awalnya memfokuskan pada segmen menengah ke bawah dan konsentrasi pada daerah tingkat II (kabupaten). Langkah ini diambil atas dasar selera konsumen di daerah yang kian meningkat, pergeseran selera konsumen, gaya hidup masyarakat, sedang tempat yang menyajikan tersebut jauh dari pusat kota.

Walhasil, dalam beberapa tahun saja permintaan untuk kemitraan pun mengalir deras, sehingga tidak mengherankan bila outletnya sudah menyebar di berbagai kota di seluruh Indonesia dan sampai sekarang jumlah gerai dobbi mencapai sekitar 60 lebih. Hal tersebut karena Dobbi merupakan salah satu franchise fast food yang memiliki keunggulan baik secara sistem maupun kualitas produk & layanan. Dobbi menawarkan bisnis fast food yang terjangkau dari sisi Investasi bisnis maupun harga produk ke konsumen. Hanya dengan 300 jutaan untuk paket Gold dan 425 jutaan untuk paket platinum gerai dobbi sudah bisa beroprasional.

Dalam rangka memperluas pangsa pasar, Dobbi kini sedang gencar-gencarnya mengembangkan kemitraan kebeberapa daerah di seluruh Indonesia, tidak terkecuali banjarmasin dan sekitarnya. KALSEL dan KALTENG, tepatnya di daerah Barabai, Amuntai, Kandangan, Rantau, Marahaban, Martapura, Banjar Baru, Pelaihari dan daerah-daerah sekitarnya, adalah daerah daerah potensial yang di bidik Dobbi Burger & fried chicken.

Bagaimana franchise Dobbi burger & fried chicken dijalankan? Franchise prakteknya adalah sebuah cara membangun jaringan gerai dengan melibatkan masyarakat luas sebagai investor sekaligus pemilik gerai yang bersangkutan. Di dunia franchise, investor tersebut disebut sebagai franchisee atau penerima franchise. Seorang franchisee menerima hak dari pemilik franchise yang juga disebut franchisor untuk: 1) menggunakan format bisnis 2) menggunakan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), 3) menggunakan merek, 4) menggunakan fasilitas dukungan operasional dan pemasaran. Dengan dimilikinya hak serta diperolehnya dukungan-dukungan yang diberikan oleh franchisor, maka gerai bisnis franchise berpeluang sukses jauh lebih besar daripada membangun bisnis sendiri dan berangkat dari awal..

Bagaimana dengan omset?Dari banyak outlet, salah satu kisah sukses dikemukakan oleh Lukman, master Dobbi di Makasar yang pada tahun 2007 mendapat penghargaan The Best Franchisee of The Year 2007. Melalui tangan dinginnya dalam waktu tiga bulan outlet Dobbi langsung berkembang pesat hingga mencapai 16 buah, dimana tiga diantaranya adalah milik Lukman. Kisah sukses lainnya dikemukakan oleh Ibu Desi, Pemilik outlet Dobbi yang berlokasi di Klaten, Jawa Tengah ini hampir setiap hari outletnya selalu ramai dikunjungi para pelanggan, omsetnya sungguh menggiurkan. Rata-rata perbulan outletnya dapat meraup omset sekitar 40 an juta rupiah! Lain Ibu Desi lain pula kisah sukses Agus Wadjito, pengusaha muda asal Nangapinoh kalbar ini baru mengawali membuka franchise Dobbi.belum genap satu bulan pendapatannya telah mencapai omset sekitar 76 juta rupiah, sungguh omset yang menggiurkan!!!!

Baru baru ini Dobbi membuka gerai juga di Pulang Pisau dan Palangkaraya yang hasilnya juga tidak kalah dengan gerai diatas tadi, untuk masyarakat yang akan menikmati lezzat nya menu dobbi dapat mengunjungi gerai tersebut.