Tag Archives: kapal

Perjalanan Panjang (Banjarmasin – Surabaya – Jogja) PART-2

12 Desember 2008, Laut Jawa

Kafe Kapal KM Kumala
Kafe Kapal KM Kumala

Entah karena kecapekan atau karena kuatnya pengaruh Antimo aku baru terbangun pkl 6.30 Wib. Yah… kehilangan Subuh deh. Setelah cuci muka aku nongkrong di Kafe sambil melihat keadaan luar, suasana tidak begitu cerah, sedikit mendung, angin bertiup cukup kencang. Sambil minum teh panas, aku makan Pop Mie yang sengaja aku bawa dari luar, kalo beli di Kafe mahal banget hehe…

Berpapasan KM Marina Nusantara di tengah Laut Jawa
Berpapasan KM Marina Nusantara di tengah Laut Jawa

Pukul 7.58 wib kami berpapasan dengan KM Marina Nusantara yang menuju Banjarmasin dari Surabaya. Pemandangan yang excited menurut saya. Bagi yang belum pernah naik kapal, bisa membayangkan film Titanic, meski tidak sebesar dan semewah Titanic tapi paling tidak bisa mendapatkan gambaran tentang perjalanan laut.

Sejauh mata memandang cuma air dan air. Kita serasa sangat kecil terombang ambing di tengah laut. Ini baru Laut Jawa, bagaimana jika Samudra Indonesia atau Samudra Pasifik yang mungkin butuh berhari-hari untuk mengarunginya. Kalo udah gitu, kita ini gak pantes kalo sombong,Tuhan Maha Besar. Cobalah sekali-kali anda naik kapal ke tengah laut, pasti akan terbuka pikirannya. Ini saran aja sih. 🙂

Sekoci di satu sudut KM Kumala
Sekoci di satu sudut KM Kumala

Dari dulu sering dapet cerita dari temen2 yang pernah naik kapal, katanya makanan jatah penumpang nggak enak. Aku penasaran pengin mencobanya. Pagi itu menunya sayur buncis dan telur balado, di kemas bungkus stereofoam. Karena nasinya panas, dan mungkin juga laper hehe akhirnya habis juga menu pagi itu. Ah, enak juga pikirku. Masih banyak saudara-saudara kita yang tidak bisa makan selengkap dan seenak itu.

SHOLAT JUMAT DI TENGAH LAUT

Ini pengalaman pertama yang tak akan terlupakan. Sesuatu yang exited banget. Kebetulan tanggal 12 Des 2008 adalah Hari Jumat. Sekitar Pkl 12 WIB kami yang muslim dan yang tergerak dengan panggilan Illahi Robbi melaksanakan Sholat Jumat. Bertempat di Mushola KM Kumala di dek 2, kami sekitar 30 orang melaksanakan Sholat Jumat.

Khotbah 1 dan 2 kami lalui seperti layaknya Sholat Jumat di daratan. Tibalah setelah Iqomah, kamipun serentak berdiri melaksanakan Sholat Jumat. Kondisi gelombang yang relatif tenang memudahkan kami menjaga keseimbangan. Tapi kadang-kadang para jama’ah juga harus berusaha menahan keseimbangan oleh karena kapal yang bergoyang diterjang gelombang laut jawa yang kadang cukup kencang.

Suasana Sholat Jum'at di Kapal
Suasana Sholat Jum'at di Kapal

Mungkin itu Sholat Jumat tersingkat namun tak bakal terlupakan yang pernah saya ikuti (Subhanallah). Imam membaca surat pendek pada kedua rakaat yang dilalui oleh karena kondisi kapal yang bergoyang goyang. Pengalaman yang tak terlupakan.

Pukul 14.00 wib

Kapal melintas di daerah pengeboran minyak lepas pantai. Menurut para soir yang sering mondar mandir menggunakan kapal Sby – Bjm, maka setelah melewati daerah pengeboran itu sekitar 5 jam lagi baru akan sampai ke Surabaya. Wah, masih lama juga pikirku. Setelah sampai daerah itu kami mulai banyak berpapasan dengan kapal-kapal nelayan , kapal pengangkut peti kemas dan juga kapal pon ton batu bara.

Sinyal HP masih belum ada waktu itu. Jadi komunikasi terputus. Baru sekitar jam 5 sore aku dapat berkomunikasi. Pada jam itu juga kami ba melihat daratan. Meski begitu, masih beberapa jam lagi kami nyampai Tanjung Perak.

Sekitar pkl 20.10 wib setelah beberapa saat tertahan oleh kapal peti kemas yang

melintang menghalangi jalan, kapal baru bisa sandar di dermaga. Phew… akhirnya sampai juga tanpa kendala apapun. Alhamdulillah.

Nantikan pengalaman saya berikutnya dari pelabuhan Tanjung Perak menuju Jogjakarta. (Bersambung ke PART – 3)

Kapal Nelayan di tengah Laut Jawa
Kapal Nelayan di tengah Laut Jawa

Perjalanan Panjang (Banjarmasin – Surabaya – Jogja) PART-1

Tulisan perjalanan Banjarmasin menuju Jogja via Surabaya dengan kapal laut ini saya lakukan tahun 2008 lalu,

Nggak terasa sdh 7 tahun berselang, saya tidak tahu apakah masih relevan dengan kondisi sekarang. Tapi paling tidak memberi gambaran kepada anda yang mau menempuh perjalanan laut dari Banjarmasin ke Surabaya.

———————-

Seperti telah saya rencanakan sebelumnya, tanggal 11 Des 2008 saya akan memulai perjalanan menempuh rute Banjarmasin – Surabaya – Jogja. Berbekal tiket Kapal KUMALA jurusan Banjarmasin – Surabaya, saya sendirian bawa mobil sudah stand by di Pelabuhan Banjarmasin (Bandarmasih) mulai pukul 16.30 Wita.

Belum sempat mematikan mesin mobil, saya sudah didatangi bapak-bapak sekitar 60 tahun umurnya menawarkan tiket, saya bilang sudah beli. Lalu bapak ini menawarkan untuk membantu menstempel foto kopi STNK ke KP3. Sebenernya saya bisa melakukan sendiri pekerjaan itu. Tapi dengan nawaitu membantu, akkhirnya saya keluar 10 ribu untuk membayar jasa bapak itu tadi.

Pada tiket yang saya pegang tertulis jam keberangkatan adalah 18.00 wita. Tapi bukan Indonesia kalo tidak pake acara telat. Setelah menghabiskan semangkok soto lamongan di depan gerbang pelabuhan yang masih tertutup rapat akhirnya KM KUMALA baru datang dan sandar pkl 19.20 wita.

KM KUMALA baru sandar
KM KUMALA baru sandar

Hujan makin lama makin deras mengiringi keluarnya penumpang dan puluhan mobil dan truk dari lambung kapal. Belasan mobil dan dump truck tanpa plat (baru) nampak keluar dari lambung kapal, entah mau dikirim kemana. Nyatanya, pada masa krisis seperti ini pun pembelian mobil dan truck (kendaraan berat) masih banyak. Sepertinya tdak ada istilah krisis buat kelas atas.

Belasan Truk Besar menjepit mobil kecilku
Belasan Truk Besar menjepit mobil kecilku

Tepat pkl 20.22 wita mobil saya memasuki lambung kapal dimana terlihat masih kosong melompong, baru ada 2 truk yang entah membawa muatan apa yang sudah berada di dalam. Saya parkir di depan sebelah kiri, berdampingan dengan truk box berpendingin. Oh ya sebelumnya, baru masuk gerbang menuju dermaga, ditengah lebatnya hujan, saya sudah dimintai 5 ribu rupiah oleh oknum berseragam dan bertopi sebuah perusahaan pelayaran, tanpa kuitansi dan gak jelas peruntukannya untuk apa. Pheww… ….negaraku

Sementara kendaraan masuk, para penumpang lain masih tertahan di ruang tunggu pelabuhan. Jadi aku yang baru pertama kali naik kapal (sendirian lagi hehe) punya kesempatan menjelajahi seluruh isi kapal itu. Dari dek 2 yang ternyata merupakan tempat duduk penumpang, mushola dan kafe. Lalu ke dek 3 yang ternyata isinya ruang dengan tempat tidur untuk penumpang dan pengemudi. Di dek 3 ini juga terdapat kafetaria. Karena tiketku tiket pengemudi maka aku memilih dek 3 untuk tidur dan sementara sopir lainnya belum masuk, aku pilih tempat tidur yang cukup enak. Berbekal 5 rb rupiah aku sewa kasur dari kapal.

Setelah itu saya sempatkan ke sisi kapal untuk melihat situasi di luar yang ternyata hujan sangat lebat. Setelah antrean kendaraan selesai, baru giliran penumpang diperbolehkan masuh ke kepal, di tengah guyuran hujan lebat. Sebagian penumpang yang menggunakan jasa (semacam porter di Bandara) sudah tidak perlu berebut mencari tempat duduk atau tempat tidur, para porter sudah mencarikan tempat untuk mereka.

Pelabuhan Bandarmasih dari ats KUMALA
Pelabuhan Bandarmasih dari atas KUMALA

Setelah penumpang semua masuk, tepat 21.45 wita kapal mulai meninggalkan dermaga Badarmasih. Setelah menuntaskan lapar dan dahaga, akhirnya saya tenggak sebutir antimo yang akhirnya membuat saya terbang ke alam mimpi ditengah alur Sungai Barito menuju Laut Jawa.

Sebelumnya, sebagai penghuni baru di komunitas sopir truk di atas kapal, maka saya harus bergaul sebisa mungkin dengan mereka yang kebanyakan berasal dari Jawa Timur, buat saya sesuatu yang tidak sulit saya lakukan. Tak berapa lama saya sudah masuk dalam pembicaraan mereka. Beruntung saya di tempat para sopir, saya bisa mengorek informasi rute perjalanan yang akan saya lalui setelah lepas dari Pelabuhan Tanjung Perak. Selama ini saya sering perjalanan darat dari Jogja ke Surabaya, tapi biasanya naik bus atau travel sehingga saya tidak perlu tahu rutenya. Tapi kali ini saya harus menyetir sendiri sehingga saya harus tahu. Meski berbekal peta perjalanan, tapi tidak cukup lengkap informasinya. Jadi, pikirku besok seharian aku manfaatin buat nyari tahu dari para sopir ini.

Akhirnya belum 1 jam perjalanan dari Pelabuhan Bandarmasih, aku sudah gak kuasa menahan pengaruh antimo dan akhirnya tertidur pulas. Meski di sebelahku banyak para sopir yang sedang melakukan ritual (main kartu) dan ramai kafe di dek 2 oleh organ tunggal. Menurut estimasi, kami akan terombang-ambing selama 20 jam untuk sampai ke Surabaya.
.(Bersambung)