Tag Archives: mojokerto

Perjalanan Panjang (Banjarmasin – Surabaya – Jogja) PART- 3 (Habis)

Setelah tertahan selama 1 jam lebih karena terhalang truk yang belum bisa keluar, akhirnya pkl 21.30 saya bisa keluar dari lambung kapal Kumala. Kondisi air yang pasang menyebabkan posisi kapal agak naik ke atas sehingga jalan keluar menjadi sangat curam dan itu berbahaya untuk truk-2 dengan body besar dan panjang, dan juga muatan yang berlebih. Tapi kemampuan crew Dharma Lautan dan kelihaian sopir-2 itu snagat membantu proses ini. Saya sempat keluar melihat keadaan sambil menunggu selesainya bongkar muat ini. Sementara para penumpang masih ditahan di ruang tunggu pelabuhan. Wah, pasti molor keberangakatn kapal ini ke Banjarmasin. Akhirnya mobil saya berhasil keluar nomor 4 dari deretan truk terakhir.

Saya langsung memacu mobil menuju jalan tol yang rutenya telah saya pahami, dari info seorang petugas Dharma Lautan (Agus namanya) yang saya kenal sewaktu saya menunggu proses keluarnya kendaraan dari dalam kapal. Setelah mengisi bahan bakar saya langsung masuk tol, perjalanan sangat lancar hingga akhirnya saya eluar di pintu tol Waru. Dari Waru saya langsung menuju Mojokerto melewati Krian. Kondisi gerimis menyebabkan saya tidak bisa memacu kendaraan dengan maksimal. Perjalanan sangat lancar, meski saya baru sekali menyusuri jalan itu (sebagai sopir), tapi keberadaan rambu-rambu yang ada sangat membantu dan sangat jelas.

Jam 11 kurang saya sampai di Mojokerto, setelah putar-putar sedikit melihat keadaan malam sambil mencari penginapan, akhirnya saya melewatkan malam di sebuah penginapan di Mojokerto.

Keesokan harinya 13 Des 2008 jam pukul 6.30 saya memulai perjalanan panjang saya dari Mojokerto menuju Jogja.

Lepas dari Mojokerto, perjalanan lancar-lancar saja pagi itu. Saya cukup menikmati perjalanan, meski saya menempuh perjalanan seorang diri, tapi kondisi mobil yang prima serta jalan yang relatif bagus membuat perjalanan ini cukup menyenangkan. Mojokerto menuju Jombang hanya 27 km, cukup dekat. Apalagi nyaris di kiri dan kanan jalan sudah ramai, tidak terputus rawa atau hutan seperti di Kalimantan.

Dari Jombang ke Nganjuk juga hanya sekitar 40 km, jadi tidak terlalu lama waktu tempuhnya. Saking asyiknya menikmati perjalanan, gak terasa perut saya keroncongan. Saya baru sadar kalo saya belum sarapa dari pagi.

Menuju Caruban
Menuju Caruban

Dari Nganjuk menuju Caruban kira-2 berjarak 30 km. Saya sempat menikmati pemandangan hutan jati di daerah Caruban. Kondisi jalan yang padat dan menanjak membuat truk-2 antri untuk menaiki tanjakan. Saya manfaatkan untuk menikmati pemandangan hutan jati yang rindang. Mungkin sangat langka pemandangan hutan di Pulau Jawa. Sampai di Caruban pukul hampir pukul 9, setelah mengisi bensin, saya langsung tancap menuju NGawi yang berjarak sekitar 34 km.

Akhirnya setelah melewati Ngawi, Mantingan, saya memasuki Propinsi Jawa Tengah pukul 10.20 wib. Tepatnya di kota Sragen. Saya sempatkan makan tongseng di Sragen. Saya memang hobi makan tongseng dan sate kambing. Cuma di Banjarmasin selain mahal, juga tidak ada sate dan tongseng yang bumbunya sesuai selera saya. Akhirnya saya dapatkan juga tongseng dengan bumbu yang khas tidak seperti di Banjarmasin. Biasanya kalo pas mudik ke Jogja, saya selalu menyempatkan makan sate TIBAN, di jalan Imogiri Barat, tepatnya di daerah Sudimoro. Itu sate langganan saya sejak saya masih SMA dulu.

Selamat Tinggal Jawa Timur, Selamat Datang di Jawa Tengah
Selamat Tinggal Jawa Timur, Selamat Datang di Jawa Tengah

Setelah melewati Sragen dan sebelum masuk Palur, saya ambil jalan by pas agar tidak melewati macetnya kota Solo. Sesampainya di Mojosongo saya berubah pikiran, saya tak ingin melewatkan suasana Solo yang dulu di tahun 2002 pernah saya tinggali meski hanya 6 bulan.

Saya menyusuri dari Arah Pasar GEde menuju Kraton, Pasar Klewer, Jl Dr. Rajiman hingga akhirnya Tipes dan kembali ke Jalan A. Yani. Tempat dimana saya dulu banyak kenangan di daerah Purwosari. Masuk Jl. A. Yani ternyata ada Solo Square, setelah itu ada Carefour (bekas Alfa). Wah, jalanan di kota Solo sungguh berubah. Saya bener-2 tertinggal informasi setelah sekian lama tidak mengunjungi Solo.

Lepas dari Kartosuro, saya tidak lagi menyia-nyiakan waktu untuk segera memacu mobil menuju Jogja. Delanggu, Klaten, Prambanan dan akhirnya tepat jam 14.30 saya sampai di rumah saya, di kota tercinta Imogiri. Saya melihat angka di pengukur jarak menunjukkan angka 402,4 km. Artinya dari Surabaya menuju Jogja (tepatnya rumah saya) saya telah memepuh perjalanan sepanjang 402,4 km. Kira-2 jaraknya sama dengan Banjarmasin – Sampit. Jarak yang biasa saya lahap kalo pas Up Country. Cuma bedanya, jalan dari Palangkaraya menuju Sampit tidak cukup bagus.

Pada tulisan berikutnya, saya akan mengajak rekan-rekan menyusuri Imogiri (tepatnya makam raja-raja Mataram) dengan minuman khasnya yaitu WEDANG UWUH.

Perjalanan Panjang (Banjarmasin – Surabaya – Jogja) PART-1

Tulisan perjalanan Banjarmasin menuju Jogja via Surabaya dengan kapal laut ini saya lakukan tahun 2008 lalu,

Nggak terasa sdh 7 tahun berselang, saya tidak tahu apakah masih relevan dengan kondisi sekarang. Tapi paling tidak memberi gambaran kepada anda yang mau menempuh perjalanan laut dari Banjarmasin ke Surabaya.

———————-

Seperti telah saya rencanakan sebelumnya, tanggal 11 Des 2008 saya akan memulai perjalanan menempuh rute Banjarmasin – Surabaya – Jogja. Berbekal tiket Kapal KUMALA jurusan Banjarmasin – Surabaya, saya sendirian bawa mobil sudah stand by di Pelabuhan Banjarmasin (Bandarmasih) mulai pukul 16.30 Wita.

Belum sempat mematikan mesin mobil, saya sudah didatangi bapak-bapak sekitar 60 tahun umurnya menawarkan tiket, saya bilang sudah beli. Lalu bapak ini menawarkan untuk membantu menstempel foto kopi STNK ke KP3. Sebenernya saya bisa melakukan sendiri pekerjaan itu. Tapi dengan nawaitu membantu, akkhirnya saya keluar 10 ribu untuk membayar jasa bapak itu tadi.

Pada tiket yang saya pegang tertulis jam keberangkatan adalah 18.00 wita. Tapi bukan Indonesia kalo tidak pake acara telat. Setelah menghabiskan semangkok soto lamongan di depan gerbang pelabuhan yang masih tertutup rapat akhirnya KM KUMALA baru datang dan sandar pkl 19.20 wita.

KM KUMALA baru sandar
KM KUMALA baru sandar

Hujan makin lama makin deras mengiringi keluarnya penumpang dan puluhan mobil dan truk dari lambung kapal. Belasan mobil dan dump truck tanpa plat (baru) nampak keluar dari lambung kapal, entah mau dikirim kemana. Nyatanya, pada masa krisis seperti ini pun pembelian mobil dan truck (kendaraan berat) masih banyak. Sepertinya tdak ada istilah krisis buat kelas atas.

Belasan Truk Besar menjepit mobil kecilku
Belasan Truk Besar menjepit mobil kecilku

Tepat pkl 20.22 wita mobil saya memasuki lambung kapal dimana terlihat masih kosong melompong, baru ada 2 truk yang entah membawa muatan apa yang sudah berada di dalam. Saya parkir di depan sebelah kiri, berdampingan dengan truk box berpendingin. Oh ya sebelumnya, baru masuk gerbang menuju dermaga, ditengah lebatnya hujan, saya sudah dimintai 5 ribu rupiah oleh oknum berseragam dan bertopi sebuah perusahaan pelayaran, tanpa kuitansi dan gak jelas peruntukannya untuk apa. Pheww… ….negaraku

Sementara kendaraan masuk, para penumpang lain masih tertahan di ruang tunggu pelabuhan. Jadi aku yang baru pertama kali naik kapal (sendirian lagi hehe) punya kesempatan menjelajahi seluruh isi kapal itu. Dari dek 2 yang ternyata merupakan tempat duduk penumpang, mushola dan kafe. Lalu ke dek 3 yang ternyata isinya ruang dengan tempat tidur untuk penumpang dan pengemudi. Di dek 3 ini juga terdapat kafetaria. Karena tiketku tiket pengemudi maka aku memilih dek 3 untuk tidur dan sementara sopir lainnya belum masuk, aku pilih tempat tidur yang cukup enak. Berbekal 5 rb rupiah aku sewa kasur dari kapal.

Setelah itu saya sempatkan ke sisi kapal untuk melihat situasi di luar yang ternyata hujan sangat lebat. Setelah antrean kendaraan selesai, baru giliran penumpang diperbolehkan masuh ke kepal, di tengah guyuran hujan lebat. Sebagian penumpang yang menggunakan jasa (semacam porter di Bandara) sudah tidak perlu berebut mencari tempat duduk atau tempat tidur, para porter sudah mencarikan tempat untuk mereka.

Pelabuhan Bandarmasih dari ats KUMALA
Pelabuhan Bandarmasih dari atas KUMALA

Setelah penumpang semua masuk, tepat 21.45 wita kapal mulai meninggalkan dermaga Badarmasih. Setelah menuntaskan lapar dan dahaga, akhirnya saya tenggak sebutir antimo yang akhirnya membuat saya terbang ke alam mimpi ditengah alur Sungai Barito menuju Laut Jawa.

Sebelumnya, sebagai penghuni baru di komunitas sopir truk di atas kapal, maka saya harus bergaul sebisa mungkin dengan mereka yang kebanyakan berasal dari Jawa Timur, buat saya sesuatu yang tidak sulit saya lakukan. Tak berapa lama saya sudah masuk dalam pembicaraan mereka. Beruntung saya di tempat para sopir, saya bisa mengorek informasi rute perjalanan yang akan saya lalui setelah lepas dari Pelabuhan Tanjung Perak. Selama ini saya sering perjalanan darat dari Jogja ke Surabaya, tapi biasanya naik bus atau travel sehingga saya tidak perlu tahu rutenya. Tapi kali ini saya harus menyetir sendiri sehingga saya harus tahu. Meski berbekal peta perjalanan, tapi tidak cukup lengkap informasinya. Jadi, pikirku besok seharian aku manfaatin buat nyari tahu dari para sopir ini.

Akhirnya belum 1 jam perjalanan dari Pelabuhan Bandarmasih, aku sudah gak kuasa menahan pengaruh antimo dan akhirnya tertidur pulas. Meski di sebelahku banyak para sopir yang sedang melakukan ritual (main kartu) dan ramai kafe di dek 2 oleh organ tunggal. Menurut estimasi, kami akan terombang-ambing selama 20 jam untuk sampai ke Surabaya.
.(Bersambung)