Setiap pulang ke Jogja selalu ada sesuatu yang baru. Meski kepulangan saya kali ini sedikit mendadak dan dalam suasana yang kurang menyenangkan karena nenek sakit, tapi semangat itu tetap ada.
Pesawat Lion Air JT521 membawa Saya Jumat pagi, 4 Nopember 2011 menuju Jogja. Jogja yang masih pagi. Jalan Imogiri Timur terasa maskin sempit dan sesak pagi itu. Jalanan penuh dengan kendaraan roda 2 para pelaju dari Bantul yang berangkat kerja mencari nafkah di Kota Jogja. Hmm… persis ketika dulu 10 – 15 tahun lalu, bedanya kalau dulu penuh dengan sepeda ontel, sekarang sepeda motor. Sepeda ontel saat ini sudah mulai tergusur oleh sepeda motor yang dinilai lebih cepat dan efisien.
RS Panembahan Senopati terakhir kali saya datengin saat Gempa Jogja 2006. Saat itu suasana rumah sakit hiruk pikuk dan penuh dengan korban gempa. #merinding. Akhirnya ketemu juga dengan Simbah yang tergolek di Nusa Indah 8. Simbah yang yuswonya sudah sepuh (90 th) tp sebetulnya masih sangat sehat untuk ukuran seusianya. Kondisinya berangsur normal setelah menjalani operasi tulang retak. Semoga lekas sembuh mbah…
Tiga hari di Jogja dan lebih banyak menghabiskan waktu di RS Panembahan Senopati menunggui Mbah Warto yang opname. Sempat berkeliling Imogir – Bantul dengan sepeda motor Honda Supra tua. Bantul pasca gempa memang mangling, saking panglingnya sempet bebrapa kali kesasar salah belok di jantung Kota Bantul. Maklum, sangat berbeda dengan 15 tahun lalu saat saya masih sering melewati jalan2 itu.
Sempet jepret sana-jepret sini, tapi karena yang saya jepret adalah sebuah peluang usaha, so gak usah dibahas hehe.
Simbok masih setia dengan sepeda tuanya, Bapak masih meluangkan waktu paginya untuk ngurusin ayam2nya. Suasana yang bikin ingatanku kembali ke masa kecil.
Bersepeda di pagi hari keliling kampung sambil menghirup udara desa yang masih cukup segar serta hijaunya sawah kidul desaku tak ubahnya menjadi obat mujarab bagi nafas dan mataku ini. Segar sekali rasanya. Sambil terus menggenjot sepeda tua Simbokku, sesekali aku harus menjawab teguran dari tetangga dan kawan lama yang ketemu di jalan.
Minggu malam 6 Nopember 2011 akhirnya saya harus kembali ke Banjarmasin. Kejadian yang sangat menjengkelkan malam itu adalah dicancelnya JT520 menuju Banjarmasin karena lampu landasan padam. Beberapa penerbangan dari Jogja semua mengalami pembatalan, sedangkan pesawat yang akan landing di Adisucipto beberapa diantaranya dialihkan ke Solo dan Surabaya. Suasana yang sangat kacau. Menginap di Quality Hotel juga bukan sebuah keputusan terbaik karena pagi2 besok harus ke Bandara lagi.
Setelah terlelap beberapa jam, akhirnya kami harus kembali berdesakan di bus untuk menuju bandara ditengah hujan lebat. Kejengkelan belum berakhir, ternyata pesawat kembali ditunda karena cuaca buruk. Akhirnya setelah “disuap” nasi ayam kotakan, kami diterbangkan menuju Banjarmasin pkl 11.00 WIB.
Selamat datang kembali di Banjarmasin, setelah “terpaksa” tambah 1 hari di Jogja.